Estetika Mesikhat pada Rumah Adat Alas Aceh Tenggara

in #ornamen7 years ago

_MG_0647.JPG
(Dok. Saniman Andikafri, Rumah Adat Alas Aceh Tenggara 2017)

Aceh Tenggara merupakan wilayah yang berada dibagian tenggara Provinsi Aceh, daerah yang terdiri dari 16 Kecamatan dan dikelilingi oleh pegunungan. Masyarakat Aceh Tenggara terdiri dari beberapa suku, diantaranya suku Alas, Gayo, Aceh, Singkil, Karo, Batak, Jawa. Mayoritas penduduk Aceh Tenggara adalah suku Alas sementara suku-suku lainnya merupakan suku pendatang yang sudah lama berdomisili di Aceh Tenggara. Aceh Tenggara lebih dikenal dengan sebutan nama ibukotanya yaitu Kutacane. Daerah yang kaya terhadap seni dan budaya, seperti karya seni ornamentasi, dengan bentuk motif-motif Mesikhat.
Dharsono menjelaskan, karya seni lahir dari seniman yang kreatif, seniman selalu meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dapat merasakan manfaat dari karya seni. Seniman yang kreatif selalu membawa penikmat merasakan kedalaman sebuah karya seni. (2016:5)
Karya seni yang ada didaerah Aceh Tenggara salah satunya adalah Mesikhat. Mesikhat merupakan sebutan yang diberikan oleh masyarakat suku Alas terhadap motif-motif ukir di Aceh Tenggara. Namun pada dasarnya Mesikhat adalah motif hias khas masyarakat suku Alas. Motif Mesikhat dapat dijumpai pada rumah adat, pakaian adat, tas, dompet, dan aksesoris lainya.
Kata Mesikhat berasal dari bahasa suku Alas, yakni tesikhat (mengaplikasikan motif hias yang ada dipikiran tanpa membuat sketsa) dan mengaplikasikanya kepada benda atau objek. Mesikhat ini secara spontan diaplikasikan sesuai dengan pola yang ada pada pikiran tanpa menggunakan gambar sketsa (Wawancara Arsad, Tanah Merah Aceh Tenggara, 20 Januari 2017).
Mesikhat mulai dikenal sekitar tahun 1910. Mesikhat awalnya diterapkan pada rumah adat namun dewasa ini Mesikhat mulai diaflikasikan pada pakaian adat, tas, dompet, dan peralatan perhiasan. Mesikhat yang terdapat pada rumah, dan pakaian adat Alas memiliki lima jenis warna yang terdiri dari warna merah, kuning, hijau, putih dan hitam. Warna-warna dasar tersebut memiliki makna tersendiri yaitu warna merah melambangkan keberanian, hijau melambangkan kesuburan, kuning melambangkan kejayaan atau kemegahan, putih melambangkan kesucian, dan hitam melambangkan kepemimpinan (Wawancara Thalib Akbar, Terandam Aceh Tenggara, 20 Juli 2016).
Mesikhat merupakan karya seni yang berangkat dari visual refresentasi alam Aceh Tenggara. Motif ini menyimbolkan tentang kehidupan masyarakat. Penggambaran ini diwujudkan dalam bentuk motif, tanpa menghilangkan unsur nilai-nilai estetis atau nilai-nilai keindahanya dan pemaknaan dari objek tersebut. Seperti keindahan meliputi alam, dan keindahan yang diciptakan oleh manusia (karya seni).
Dharsono menjelaskan, Karya seni adalah sarana kehidupan estetik, maka dengan karya seni kemampuan dan pengalaman estetik menjadi tambah kental dan menjadi milik bersama yang melekat pada masyarakat. Sebuah nilai merupakan kenikmatan yang diberikan oleh medium atau objek kepada penikmatnya. (2007: 65)
Penerapan Mesikhat pada rumah terletak di dinding rumah, tangga, tolak angin, dinding bagian luar rumah, dan dinding bahagian dalam rumah adat. Mesikhat juga di pakai pada pakaian adat, aksesoris adat, gagang pisau, gagang sabit padi, dan benda-benda rumah tangga lainya. Mesikhat memiliki nilai estetika dalam masyarakat suku Alas. Unsur nilai-nilai estetis dan pemaknaan dari objek tersebut dilihat dari bentuk, garis, warna dan bidang. Pesan dan makna motif Mesikhat sangat beragam mulai dari pesan sosial, moral, dan pesan spiritual sesuai dengan motifnya.
Bentuk motif Mesikhat berangkat dari bentuk visual, tumbuh-tumbuhan, hewan, awan, kehidupan sosial dan papan catur. Jumlah motif yang terdapat pada Mesikhat awalnya terdiri dari 8 bentuk motif. Dewasa ini seni Mesikhat berkembang menjadi 29 bentuk dengan nama yang berbeda (Talib Akbar 2014:117).
Mesikhat dalam kajian estetika simbolik bertujuan untuk melihat nilai-nilai yang terkandung dalam motif-motif Mesikhat pada rumah adat Alas Aceh Tenggara. Penelitian ini melihat seberapa jauh makna Mesikhat dalam kehidupan masyarakat suku Alas, sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Melihat bentuk, nilai, dan fungsi motif Mesikhat dalam pengaplikasianya pada rumah adat Alas.
Ketertarikan peneliti mengangkat Mesikhat sebagai objek penelitian, karena motif-motif dalam Mesikhat memiliki nilai-nilai estetis yang bermanfaat bagi masyarakat suku Alas yang perlu digali. Menggali makna yang terkandung pada bentuk simbolis dan unsur-unsur motif-motif Mesikhat dalam kehidupam masyarakat Alas. Masih minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemaknaan dan penamaan motif Mesikhat, di Aceh Tenggara.

Sort:  

Perkenalan dulu man. Terus hati2 maaukan tulisan penting ke steemit. Nanti tulisan mu ini gak bisa masuk ke jurnal lagi. Buat tulisan karangan bebas aja.

oke sip sar makasih atas masukanya hehehehe

Coba tutorial dulu dengan @winansar bagaimana cara perkenalan diri di @steemit
Semangart lanjutkan

siap bg ini lagi belajar sama bang Wig juga disini hehehe