Menemani siswa nonton terbang layang PON XXI di Bandara Pinto Wee atau Bandara Malikussaleh
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hai sobatku semuanya yang ada di platform steemiant ini. Berjumpa kembali dengan saya @sriiza. Hari ini saya akan menceritakan sedikit kegiatan saya bersama siswa siswaku dalam menonton terbang layang PON yang ke XXI di bandara Malikussaleh. Karena Aceh menjadi tuan rumah dalam acara PON tahun ini.
Kami sudah janjian bersama wali kelas 4, 5 dan 6. Dengan jumlah rombel yang akan ikut nonton 5. Kelas 6 satu kelas, 5 satu kelas dan kelas 4 3 kelas. Kami sudah memesan bus dari hari Sabtu untuk menonton terbang layang hari ini. Pertama kami udah ragu untuk pergi karena mendapat informasi dari panitia PON acara terbang layang sudah habis di laksanakan. Walaupun dijadwal dari tanggal 9-18 September. Pagi-pagi kami sudah bersiap-siap untuk berangkat. Pertama saya memesan 3 bus. Kebetulan hari ini hujan turun disaat pagi hari menjelang berangkat ke sekolah. Jadi saya mulai berfikir jadi tidak ya pergi hari ini? Saya pun mengabaikan kecemasan yang melanda pikiran saya. Tidak berselang lama hujan mulai reda sayapun berangkat ke sekolah.
Sampai di sekolah saya check dulu kelas yang akan ikut nonton para layang. Ternyata tidak ramai yang ikut. Jadi, aku duduk dan berkonsultasi sesama wali kelas gimana ini. Akhirnya kami memutuskan untuk menelpon bus yang telah aku booking untuk membatalkan satu bus. Jadi kami hanya memakai dua bus saja untuk ke bandara Malikussaleh.
Rupanya pas mau berangkat siswa sudah bertambah banyak , wah Gawat ini bisa-bisa bus gak muat. Pas mau berangkat siswa sudah bertambah. Bus yang sudah kami batalkan langsung diambil oleh siswa MAN menuju Waterboom. Akhirnya kami menggunakan satu bus untuk siswa laki-laki dan satu bus lagi untuk siswa perempuan. Kemudian saya mengumpulkan terlebih dahulu siswa yang akan ikut ke Bandara. Pas saya hitung total siswa yang ikut berjumlah 90 orang. Bayangkan sendiri gimana bisa muat dengan jumlah segitu banyak dengan dua bus. Tapi kami mulai mengatur duduk siswa siswi. Terpaksa duduk bertiga. Sekitar 7 orang lagi siswa perempuan tidak ada tempat duduk. Kami pun menelpon mobil suami ibu Mega untuk mengantarkan kami ke bandara. Akhirnya yang 7 orang naik mobil Bu Mega.
Barulah kami membelah jalanan melewati jalan Los Kala jalan ujong Blang kota Lhokseumawe. Menuju bandara Malikussaleh yang terletak di bungkah Aceh utara. Kami pun sangat bersemangat untuk nonton pon karena ini merupakan pertama kali PON diadakan di aceh-sumut. Belum tentu 20 tahun lagi akan ada lagi PON ada di Aceh. Jadi kami tidak mau melewatkan kesempatan di depan mata untuk menonton PON.
Sampai di Bandara Malikussaleh
Sekitar 40 menitan kami tiba di Bandara. Semua siswa turun dalam bus untuk menuju tempat nonton terbang layang. Siswapun di suruh baris yang rapi oleh panitia. Kami di sambut dengan hangat. Kemudian di suruh masuk dan menuju tenda yang telah di siapkan untuk anak sekolahan yang mau nonton perlombaan.
Mendengarkan penjelasan dari panitia PON
Tidak lama kami duduk panitia PON memberikan sedikit pengarahan tentang pertandingan para layang. Ada 3 pesawat penarik, Mereka memberikan nama yang unik untuk pesawat penarik tersebut. Yaitu ada chesna, savana dan Hasqi. Dan pesawat yang terbang diudara atau disebut dengan Glider tidak menggunakan mesin, pesawat tersebut hanya mengandalkan panas matahari untuk bertahan di ketinggian. Maka apabila hujan dan angin pesawat tidak bisa terbang. Panitia juga menyediakan gelang PON bagi siswa yang berani bertanya tentang pertandingan terbang layang.
Pesawat Glider
Saya baru kali ini melihat lomba terbang layang. Dulu saya hanya mendengar dari berita aja lomba terbang layang. Kali ini baru berkesempatan nonton inipun karena di laksanakan dekat dengan tempat tinggal. Coba di adakan di Medan dan Banda Aceh itu juga gak bisa nonton. Maka saya tidak menyiakan kesempatan untuk melihat langsung. Rupanya nama pesawat yang diterbangkan di sebut glider. Hanya melihat satu kali permainan. Karena diakibatkan cuaca yang mulai mendung dan gerimis. Jadi perlombaan di tunda.
photo bersama atlet Aceh yang memperoleh medali Emas
Saya juga mendapatkan informasi dari panitia hanya 14 provinsi menjadi perwakilan yang bisa ikut meramaikan lomba terbang layang tahun ini. Kami juga berkesempatan berphoto bersama pemain terbang layang dari Aceh yang meraih mendali emas tahun ini yang bernama Ulthari. Dia mengatakan untuk biaya latihan terbang layang di tanggung sendiri. Tidak ada fasilitas dari pemerintah daerah.
Photo bersama di lapangan Terbang Malikussaleh
Ada 4 penilaian yang di lakukan dalam terbang layang yaitu Durasi Penerbangan, Pendaratan presisi, Tujuan dan perlombaan, Jarak bebas. Terakhir kami pun photo bersama atlit Aceh yang menang pin terbang layang tahun ini. Dan juga photo bersama di depan pesawat penarik glider. Tapi tidak di benarkan mendekat. Kami di pantau oleh seluruh panitia PON. Selesai photo bersama kami menuju bus untuk pulang kembali ke rumah sekolah. Waktu menunjukkan jam 12.00 siang.
Alhamdulillah keinginan kami nonton PON akhirnya kesampaian walaupun hari terakhir lomba di bandara Malikussaleh. Tapi kami bersama siswa sangat senang bisa jalan-jalan sambil menonton PON. Sekian cerita saya tentang menemani siswa menonton PON yang ke XXI. Semoga Aceh menjadi juara umum untuk PON tahun ini. Aamiin. Sekian bye...bye....
Wassalam
@sriiza
Hati-hati ntar diterbangin ama layang-layang 😂
Makanya gak boleh dekat-dekat.
Terimakasih banyak telah memberikan vote buat saya.
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steem4indonesia
Tautan Mudah untuk delegasi ke @steemhobbies
Terimakasih banyak telah meluangkan waktu untuk memverifikasi postingan saya.