Acehnologi Volume 2 (Bab 16 dan Bab 17)

in #acehnologi6 years ago

Dalam bab 16 dijelaskan mengenai Filsafat Aceh, pada halaman 476 dijelaskan bahwa filsafat Aceh yaitu kesadaran menemukan jati diri di kalangan orang Aceh untuk meluapkan rasaningin tahu dari hal-hal yang paling hakiki untuk diketahui oleh manusia yaitu Tuhan, alam dan manusia itu sendiri.
Ada beberapa hal yang pelu digali dari filsafat Aceh, yaitu nilai-nilai etika dan religi, intelektual, alam dan sosial. Namun yang paling utama yaitu tentang spiritnya orang Aceh yang akan menjadikan kesadaran tersendiri bagi orang Aceh sendiri.
Dengan objek filsafat yang tidak terbatas pada satu bidang yang langsung diteliti oleh ilmu-ilmu lain sebagai objek filsafat, maka pengetahuan tentang Aceh akan juga mambawa pemahaman tentang filsafat Aceh.
Namun karana fulsafat Aceh belum masuk kepada pendidikan formal maka objek yang perlu dipelajari ialah apa yang berhubungan dengan manusia, filsafat alam, filsafat ketuhanan, dan filsafat ilmu dalam membangun fondasi filsafat Aceh.

Dalam bab 17 membahas mengenai sosiologi Aceh. Pada bab 17 bapak Kamaruzzaman sendiri terlebih dahulu menjelaskan tentang sosiologi secara umum. Dimulai sejarah, pengertian, nama-nama tokoh yang terlibat, teori-teori sosiolagi, aspek-aspek hingga pendekatan yang terdapat didalam sosiologi.
Adapun maksud beliau menjelaskan tentang sosiologi secara umum itu agar kita para membaca dapat dengan mudah menemukan fondasi ilmu sosiologi Aceh. Dan kemudian juga dapat di lihat pengaruhnya di dalam antropologi.
Pada halaman 534 adany penjelasan bahwa Aceh lebih banyak dikaji atau di analisa menurut teori-teori ilmu sosial dan humaniora dari barat. Karenanya, tampilan Aceh cenderung harus masuk di dalam framework cara berfikir yang bersifat Eropa dan Amerika sentris untuk menopang berdirinya sosiologi Aceh.
Seseorang sosiologi harus dapat memahami teori-teori yang berkembang mulai semenjak ilmu ini di bina di Eropa.
Pada akhir bab dijelaskan perlu adanya penggalian ketika sosiologi Aceh ingin dimunculkan.
Yang pertama, menemukan kembali ruang imajinasi sosial yang bersifat ke-Aceh-an yang mungkin perlu adanya pemahaman yang mendalam.
Yang kedua, menemukan kembali ruang yang aktif dan progresif dalam bidang ruang kesadaran sosial masyarakat Aceh.
Ketiga, perlu juga dicatat bagaimana ruang kesadaran kebatinan masyarakat Aceh.