Rumoh Aceh (Rumah Adat Aceh)

in #aceh7 years ago

boldRumoh Aceh
image
Aceh merupakan provinsi paling ujung di pulau Sumatera yang memiliki kekhasan baik dari segi penerapan hukum yang menjalankan syari'at Islam, budaya, adat istiadat, dan banyak lagi. Salah satunya kekhasan budaya yang dimiliki adalah rumah adat yang dinamakan "Rumoh Aceh". Yang merupakan warisan budaya "endatu" (nenek moyang) yang secara turun temurun eksis dalam setiap generasi orang Aceh.

Berdasarkan pada spesifikasi ketinggian rumah dan fungsinya, rumah adat aceh dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu Rumoh Aceh, Rumoh Santeut dan Rangkang. Namun yang banyak diketahui masyarakat pada umumnya hanyalah Rumoh Aceh sehingga Rumoh Aceh menjadi ciri khas rumah adat Aceh. Rumoh Aceh memiliki tiang yang paling tinggi dibandingkan dengan kedua rumah lainnya, namun memiliki fungsi yang sama dengan Rumoh Santeut yaitu sebagai rumah tinggal.

Sedangkan Rangkang memiliki tinggi yang sama dengan dengan Rumoh Santeut namun memiliki fungsi sebagai balai pertemuan atau balai pengajian.
Rumah Aceh atau Rumoh Aceh dalam bahasa Aceh adalah rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung dengan bentuk rumah berupa persegi panjang dan diposisikan dari timur ke barat agar tidak sulit menentukan arah kiblat sedangkan tampak sisi depan menghadap utara-selatan. Salah satu ciri khas rumoh Aceh ini adalah tiang-tiang penopang rumah yang sangat tinggi, yaitu sekitar 2,5 sampai 3 meter. Luas bangunannya minimal 200 m2 dengan ketinggian dasar lantai hingga atap mencapai 8 m. Walaupun memiliki ukuran yang besar salah satu kekhasan dan keunikan rumoh aceh ini adalah pembangunannya yang hanya menggunakan tali ijuk, pasak serta baji dengan material utamanya kayu, papan dan daun rumbia untuk atapnya.

Penggunaan material dari alam merupakan wujud penghormatan dan pemanfaatan masyarakat Aceh terhadap sumber daya alam yang melimpah disekitarnya serta wujud syukur kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.

Tampak sisi depan rumah yang menghadap utara-selatan pun diterapkan selain untuk menghindari arah angin yang berpotensi merubuhkan bangunan juga untuk memudahkan sinar matahari menembus menyinari kamar-kamar. Sedangkan posisi bangunan yang menghadap ke arah barat-timur menggambarkan salah satu penerapan aspek religi masyarakatnya terhadap tempat tinggalnya. Penerapan lainnya yaitu, pembagian ruangan dan anak tangga yang ganjil serta disediakannya gentong air untuk membilas kaki sebelum memasuki rumah.

Pembagian ruangan di rumoh aceh terdiri atas tiga bagian utama yaitu Ruang depan atau serambi muka (seuramoe keue) atau (seuramoe reunyeun), Ruang tengah (tungai) dan ruang belakang (seramoe likoet). Setiap bagian ini memiliki fungsinya masing-masing bahkan memiliki pembagian area bagi yang ingin memasukinya, yaitu area yang boleh dimasuki pria dan wanita dan area khusus wanita saja. Hal ini dilakukan sebagai bentuk norma kesopanan kepada wanita.

boldRuang depan atau Seuramoe Keue / Seuramoe Reunyeun

Ruang depan atau Seuramoe Keue / Seuramoe Reunyeun adalah sebuah ruangan luas memanjang tanpa sekat-sekat yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ruang tamu ini terbuka bagi siapa saja baik pria maupun wanita. Selain untuk menerima tamu, ruang ini juga dimanfaatkan sebagai area mengaji dan istirahat anak laki-laki, area pertemuan keluarga, area makan-makan saat ada upacara pernikahan atau upacara adat lainnya. Pada area barat diletakkan tikar besar di lantai serta tikar duduk anyaman kecil yang berbentuk segi empat sebagai tempat duduk para tetamu. Di dalam ruangan ini pun terdapat tangga yang menghubungkan ruangan depan dengan ruangan tengah. Jumlah anak tangga biasanya bilangan ganjil sekitar 7 atau 9 anak tangga.

boldRuang Tengah atau Tungai (Rumoh Inong dan Rumoh Anjoeng)

Ruang Tengah atau tungai merupakan ruang bersekat yang berada di antara ruang depan dan belakang dan memiliki posisi lebih tinggi setengah meter dari kedua ruang tersebut. Ruang ini terbagi menjadi dua kamar yang berhadapan yaitu rumah inong atau rumah induk dan rumah anjoeng. Rumoh inong merupakan kamar tidur yang dipakai oleh kepala keluarga, sedangkan rumoh anjoeng merupakan kamar tidur yang dipakai oleh anak perempuan. Bila memiliki lebih dari satu anak perempuan, maka kepala keluarga akan tidur di ruang belakang selama belum dapat membangun ruangan baru yang terpisah. Keunikan ruang inong yaitu ruang dapat digunakan sebagai tempat pelaminan di acara pernikahan selain itu bagian lantainya yang terbuat dari papan dapat dibongkar pasang untuk memandikan mayat anggota keluarga.

Pada ruang tengah ini juga terdapat sebuah gang yang disebut rambat. Rambat ini diapit oleh rumoh inong dan rumoh anjoeng dan berfungsi sebagai ruang yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Namun akses rambat ini pun terbatas apalagi bila lelaki ingin melewatinya. Akses hanya diberikan kepada kerabat keluarga yang dekat. Hal ini dilakukan karena rambat merupakan akses jalan menuju ruang belakang yaitu area khusus wanita.

boldRuang Belakang atau Seuramoe Likot

Ruang Belakang atau Seuramoe likot merupakan ruangan yang terletak di belakang dengan ketinggian lantai yang sama dengan ruang depan dan juga tidak ada sekat sekat. Ruangan ini digunakan sebagai tempat berkumpulnya penghuni rumah, ruang makan, tempat para wanita berkegiatan seperti menjahit dan menganyam tikar serta merangkap sebagai dapur. Meskipun ada pula yang memisahkan dapurnya di belakang seuramoe likot atau disebut rumoh dapu dengan posisi lantai yang sedikit lebih rendah. Selain itu di bagian atap umumnya terdapat loteng yang dibangun khusus sebagai tempat penyimpanan barang berharga keluarga.

Sebagai rumah panggung, maka diperlukan tangga untuk mencapai rumah utama atau lazimnya disebut reunyeun. Tangga ini berjumlah ganjil yaitu mulai dari 7 hingga 9 tangga. Jumlah ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat Aceh akan pengaruh jumlah terhadap rezeki, pertemuan dan juga rumaut. Fungsi lain dari tangga ini juga sebagai palang bagi selain keluarga atau kerabat dekat terutama bila tidak ada penghuni pria di dalam rumah. sehingga tangga ini dapat menjadi pengawas dalam hubungan sosial antar warga.

Berbanding terbalik dengan bangunan yang besar dan juga tinggi, pintu masuk utama rumoh aceh atau pinto aceh ini sangatlah mungil. Tingginya hanya sekitar 120-150 cm. Hal ini membuat orang yang hendak masuk otomatis menundukkan kepala agar tidak terbentur. Konsep ukuran pintu yang kecil ini menggambarkan bahwa siapa pun orang yang hendak masuk, kaya atau miskin, tua atau muda hendaknya menghormati sang pemilik rumah. Karena pintu ibarat hati pemilik rumah, perlu upaya untuk memasukinya namun apabila telah masuk maka akan diterima dengan penuh kebesaran hati tanpa sekat sekat seperti luasnya bagian dalam rumah. Hal ini sesuai dengan kepribadian masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi adat, yaitu tidak suka menyombongkan diri. Yang dalam hadih maja sering diungkapkan, "italicgadoh aneuk meupat keuh jeurat, gadoh adat pat tamita".
"italicLeumoh Hukom di atoe lee pangkat, leumoh adat jahee raja, leumoh qanun tinggai bak kalam, leumoh reusam gadoeh budaya"
"italicBuet ureung awai chit ka meuteuntee, geutanyoe jinoe manteng meurika-rika."

Bireuen, 7 Februari 2018

Sort:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://www.rumah-adat.com/2016/11/rumah-aceh-rumah-adat-aceh.html

Helo, hai @sir.arafat01.. Selamat bergabung di Steemit! Senang melihat anda bergabung di sini.. sudah upvote yaa.. :˃